Trauma Healing dan Inner Child: Menyembuhkan Luka, Merangkul Diri Sendiri - Beropini Eps. 10

Semacam Jurnal - Banyak orang menjalani hidup dengan perasaan cemas, mudah marah, merasa tidak cukup baik, atau terus mengulangi pola hubungan yang menyakitkan tanpa tahu akar masalahnya. Padahal, jawaban atas luka-luka yang tak terlihat itu sering kali tersembunyi dalam masa lalu, dalam diri kecil kita yang pernah terluka—yang disebut sebagai inner child. Proses menyembuhkan luka itu dikenal dengan istilah trauma healing, sebuah perjalanan batin yang tidak mudah, namun sangat penting untuk kesehatan mental dan pertumbuhan pribadi.

Inner child merujuk pada bagian dari diri kita yang terbentuk sejak masa kanak-kanak, menyimpan semua memori emosional—baik yang menyenangkan maupun menyakitkan. Ketika seseorang mengalami trauma di masa kecil, seperti ditinggal orang tua, dilecehkan, atau terus-menerus merasa tidak dicintai, luka itu tak benar-benar hilang. Ia tersimpan, terkubur, dan kadang muncul kembali dalam bentuk sikap destruktif, perasaan tidak aman, atau ketakutan tanpa alasan jelas. Inilah mengapa banyak orang dewasa yang, secara emosional, masih membawa beban masa lalu dalam bentuk inner child yang belum pernah diajak bicara.

Proses trauma healing bukan sekadar melupakan masa lalu. Sebaliknya, ia adalah tentang menghadapi, menerima, dan merawat luka-luka itu dengan penuh kesadaran. Menyembuhkan inner child berarti mengakui bahwa diri kecil kita dulu pernah merasa sakit, takut, marah, atau ditinggalkan—dan bahwa semua perasaan itu valid. Ini adalah bentuk pengakuan terhadap diri sendiri yang paling mendasar. Tanpa itu, kita hanya akan terus menumpuk luka baru di atas luka lama, tanpa pernah benar-benar pulih.

Dalam praktiknya, trauma healing bisa dilakukan melalui berbagai cara: terapi psikologis, meditasi, menulis jurnal, atau dialog batin dengan inner child. Proses ini sering kali emosional, bahkan menyakitkan, karena kita harus membuka kembali kenangan yang telah lama kita abaikan. Namun justru dari sanalah pemulihan dimulai. Dengan memberi ruang bagi inner child untuk merasa aman dan dicintai, kita mulai membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri.

Masyarakat kita sering kali terlalu cepat menyuruh orang lain untuk "move on" atau "ikhlas", tanpa memberi ruang yang cukup untuk memproses luka. Padahal, tak semua luka bisa sembuh hanya dengan waktu. Beberapa luka butuh keberanian untuk dihadapi. Dan trauma healing bukan tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan. Hanya orang yang berani menyelami kedalaman jiwanya sendirilah yang bisa tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan sadar.

Dalam dunia yang menuntut kita untuk selalu kuat dan produktif, memberi perhatian pada inner child bisa menjadi bentuk perlawanan paling lembut namun paling kuat. Ia adalah langkah menuju penerimaan diri yang utuh. Karena menyembuhkan masa lalu bukan hanya demi masa lalu itu sendiri, melainkan demi masa depan yang lebih tenang, lebih sadar, dan lebih penuh kasih terhadap diri sendiri.

Enjoy with my content,
And be yourself.
-Pijri Paijar-

Post a Comment

0 Comments